Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Kalau post yang tadi, real no copas. Nah, untuk pengerjaan makalah ini sedikit ya copas sana copas sini lah :). But, actually aku nyusun makalah ini yah bisa dibilang hampir di tahap pengerjaan 50%, Tapi, tetep ada kok unsur kerjasama didalamnya, walaupun gak semua kerja :)
Mungkin yang baca kali ini, adalah calon - calon adik - adik FKM yang bakal dapat tugas Surveilans Kesehatan Masyarakat.Ini adalah tugas yang diberikan oleh Bu Fazidah selaku dosen mata kuliah survid :)
Langsung aja kita ke makalahnya dahh :)
KUYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY!!!
MAKALAH
SURVEILANS GIZI BURUK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
9
151000322 Sarah Izzaty
161000097 Putri Sahara Aprilia Ginting
161000098 Minda Wahyuni
161000106 Dina
Lorenza Hutasoit
161000113 Nurdiba
Anum
161000123 Harry Iswanto
161000161 Tisya Angreini
161000176 Apnila
Putri Saragih
161000274 Cindy Natasya
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2018
.....................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada pihak yang turut membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini.
a)
Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dan
kesempatan
dalam pembuatan makalah ini.
b)
Kedua orang tua, abang, kakak serta adik-adik yang
senantiasa mendo’akan
dan
mendukung penulis.
c)
dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes., Ph.D. selaku dosen pembimbing
d)
Staff Perpustakaan
USU yang mengarahkan penulis untuk mencari
literatur
-literatur yang berhubungan dengan makalah penulis.
e)
Teman-teman FKM USU 2016 yang selalu mendorong dan memberi
semangat
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini sampai
akhir.
Penulisan ini juga tidak luput dari
kesalahan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
sangat kami harapkan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2018
Penulis
......................................................................................................................................................................
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR
ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Surveilans Gizi Buruk..................................................... 3
2.2 Tujuan Surveilans
Epidemiologi Gizi Buruk..................................... 3
2.3 Manfaat Surveilans
Epidemiologi..................................................... 4
2.4 4 Sistem dan Komponen Kegiatan Survailens Gizi
Buruk............... 5
2.2.1 Pengumpulan
Data.................................................................. 5
2.2.2 Pengolahan,
Analisis dan Penyajian Data............................... 8
2.2.3 Diseminasi
Informasi.............................................................. 12
2.2.4 Tindak Lanjut.......................................................................... 12
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Surveilans
Epidemiologi Gizi Buru..... 16
2.5.1 Kelebihan
Surveilens Gizi Buruk............................................ 16
2.5.2 Kekurangan
Surveilens Gizi Buruk......................................... 16
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................................... 19
5.2 Saran................................................................................................ 19
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 20
................................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berbagai
penelitian menunjukkan dampak serius masalah gizi buruk terhadap kesehatan,
bahkan terhadap kelangsungan hidup suatu bangsa. Dampak jangka pendek gizi
buruk terhadap perkembangan anak antara lain anak menjadi apatis, mengalami
gangguan bicara serta gangguan perkembangan lain. Sementara dampak jangka
panjang berupa penurunan skor intelligence quotient (IQ), penurunan perkembangan
kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan
penurunan rasa percaya diri serta akan menyebabkan merosotnya prestasi di
sekolah.
Kurang
gizi juga berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya kualitas
sumber daya manusia dan produktivitas. Gizi buruk yang tidak dikelola dengan
baik, pada fase akutnya akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan
menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa.
Mengingat
dampak yang sedemikain serius tersebut, sudah seyogyanya seluruh potensi dan
komponen dikerahkan untuk mencegah dan menangulangi masalah gizi buruk ini.
Tindakan penting terkait usaha pencegahan antara lain dengan melakukan kegiatan
surveilans epidemiologi masalah gizi ini.
Banyak
pengertian surveilans yang sudah umum dikenal selama ini. Antara lain menurut
WHO, surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan
definisi diatas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan
pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap
kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi nya pada
masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil
tindakan efektif.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa itu surveilans gizi buruk?
2.
Apa tujuan dan manfaat surveilans gizi buruk?
3.
Metode-metode apa saja yang dipakai dalam surveilans gizi buruk?
4.
Apa saja kelebihan dan kekurangan surveilans gizi buruk?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengerti dan memahami apa itu surveilans gizi buruk
2. Untuk
mengetahui tujuan dan manfaat surveilans gizi buruk
3.
Untuk mengetahui metode metode surveilans gizi buruk
4.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan surveilans gizi buruk
.............................................................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Surveilans Gizi Buruk
Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan,pengolahan, analisis,
dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran
informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Gizi buruk adalah kondisi gizi kurang hingga tingkat yang
berat dan di sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan
sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama, (Khaidirmuhaj, 2009). Gizi
kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat
gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang
berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif bersifat ringan
sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5
tahun.
Terkait dengan masalah gizi masyarakat di Indonesia, beberapa dasar hukum
dan pedoman pelaksanaan surveilans gizi buruk antara lain:
1.
Surat Menteri Kesehatan
Nomor: 1209, tanggal 19 Oktober 1998 yang menginstruksikan agar memperlakukan
kasus gizi buruk sebagai sebuah kejadian luar biasa.
2.
Keputusan Mentreri Kesehatan
RI Nomor: 1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi Kesehatan
Pada
Kepmenkes di atas, salah satu sasaran surveilans epidemiologi kesehatan adalah
pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Gizi (SKG) dan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar Biasa (SKG KLB) gizi buruk. Sedangkan berdasarkan surveilans gizi adalah
pengamatan yang dilakukan terhadap anak balita dalam rangka mencegah terjadinya
kasus gizi buruk.
Sedangkan
menurut WHO, praktek surveilans gizi dilakukan dengan melakukan pengamatan
keadaan gizi dalam rangka untuk membuat keputusan yang berdampak pada perbaikan
gizi penduduk dengan menyediakan informasi yang terus menerus tentang keadaan
gizi penduduk, berdasarkan pengumpulan data langsung sesuai sumber yang ada,
termasuk data hasil survey dari data yang sudah ada.
2.2 Tujuan
Survailens Epidemiologi Gizi Buruk
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang
masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat
dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih
efektif.
Tujuan khusus surveilans (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002).:
1) Memonitor kecenderungan (trends) penyakit
2) Mendeteksi perubahan mendadak insidensi
penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak
3) Memantau kesehatan populasi, menaksir
besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi
4) Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas,
membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan
5) Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan
6) Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU,
2002).
Tujuan Surveilans Epidemiologi Gizi (WHO) :
1) Menggambarkan status gizi penduduk dengan referensi khusus bagi mereka
yang menghadapi risiko
2) Menganalisis faktor-faktor penyebab yang terkait dengan gizi buruk
3) Mempromosikan keputusan oleh pemerintah, baik mengenai perkembangan
normal dan keadaan darurat
4) Memprediksi kemungkinan masalah gizi sehingga dapat membantu dalam
perumusan kebijakan
5) Memantau dan mengevaluasi program gizi.
Tujuan
surveilans gizi buruk adalah untuk pencegahan dan pengendalian penyakit gizi
buruk dalam masyarakat, sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan gizi
buruk, memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal
pencegahan gizi buruk, penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai
tingkat administrasi.
2.3 Manfaat
Surveilans Gizi Buruk
Manfaat
surveilans epidemiologi (SE) yaitu deteksi perubahan akut dari penyakit yang
terjadi dan distribusinya, perhitungan trend, identifikasi pola penyakit,
identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat,
identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya,deteksi perubahan pelayanan
kesehatan yang terjadi, dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis,
mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya, memberikaninformasi
dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa akan
datang,membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran
program pada tahap perencanaan. Inti kegiatan surveilans pada akhirnya adalah
bagaimana data yang sudah dikumpul, dianalisis, dan dilaporkan ke pemegang
kebijakan guna ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang
lebih baik untuk menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia (HIMAPID dalam
Sikumbang 2008).
Melihat dari
manfaat Surveilans epidemiologi secara umum, maka manfaat surveilans
epidemiologi gizi buruk yaitu:
1. Dapat
diketahui distribusi gizi buruk menurut orang, tempat, waktu, dan kelompok umur
pada suatu daerah tertentu dimana dilakukannya surveilans.
2. Bagi
pensurvei (puskesmas), sebagai bahan informasi penting mengenai suatu KLB gizi
buruk dan dapat digunakan untuk penentu kebijakan selanjutnya dalam langkah
penanggulangan KLB tersebut.
3. Bagi
masyarakat, surveilans epidemiologi gizi buruk dapat dijadikan sebagai
informasi dan sebagai bahan masukan agar masyarakat lebih meningkatkan lagi
kesehatannya.
2.4 Sistem dan Komponen Kegiatan Survailens Gizi
Buruk
Menurut
Mason et al (1984), terdapat tiga jenis utama sistem surveilans gizi, yaitu:
1. Pemantauan
gizi jangka panjang sebagai masukan untuk perencanaan nasional, untuk
menganalisis dampak kebijakan dan untuk memprediksi kecenderungan masa depan
2. Evaluasi
dampak program gizi dan proyek-proyek tertentu yaitu informasi yang dirancang
untuk memungkinkan tanggapan langsung melalui program atau proyek modifikasi
3. Peringatan
dini atau atau sistem peringatan tepat waktu untuk mengidentifikasi kekurangan
pangan akut, untuk mendapatkan tanggapan jangka pendek.
Sistem
surveilans gizi adalah mengumpulkan data dasar program yang difokuskan pada masalah
gizi bayi, anak-anak, dan wanita hamil. Sistem surveilans gizi berfungsi ntuk
menyediakan data lokal spesifik yang berguna untuk mengelolaan program gizi
kesehatan masyarakat. Sistem ini memberikan informasi yang sangat berguna,
tetapi juga ada tantangan metodologis yang berkaitan dengan keterwakilan,
pengawasan mutu dan indikator sensitivitas dan spesifisitas.
Komponen
kegiatan surveilans gizi buruk antara lain:
1. Pengumpulan
data
Data yang
dikumpulkan adalah data epidemiologi gizi buruk yang jelas, contohnya data
masalah gizi bayi, anak-anak, dan wanita hamil. Dengan pengumpulan ini dapat
terlihat kelompok populasi yang mempunyai risiko terbesar terkena gizi buruk;
memastikan jenis dan penyebab gizi buruk; memastikan keadaan yang dapat
menyebabkan berlangsungnya KLB gizi buruk; untuk mencatat kejadian gizi buruk
secara keseluruhan dan seberapa jauh penyebarannya.
2. Kompilasi,
analisis dan interpretasi data
Data yang
terkumpul selanjutnya dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan
waktu. Analisa dapat berupa teks, table, grafik dan spot map sehingga mudah
dibaca dan merupakan informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan
interpretasi selanjutnya dibuat saran bagaimana menentukan tindakan dalam
menghadapi status KLB gizi buruk yang terjadi.
3. Penyebaran
hasil analisis dan hasil interpretasi data
Hasil
analisis dan interpretasi data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat
guna menentukan tindak lanjut dan disebarluaskan ke unit terkait anatara lain
berupa laporan kepada atasan atau kepada lintas sektor yang terkait sebagai
informasi lebih lanjut.
Kegiatan
surveilans gizi dimulai dengan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data,
diseminasi informasi dan tindak lanjut/ respon.
2.4.1
Pengumpulan Data
1. Pengumpulan
Laporan Rutin Puskesmas
Berikut adalah contoh kasus, yaitu
pengumpulan data kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat di Kabupaten/Kota antara
lain meliputi pembinaan pencatatan dan pelaporan serta melakukan
rekapitulasi hasil kegiatan di Puskesmas/Kecamatan, sebagai berikut :
Data
|
Sumber Data
|
Instrumen
|
Pengumpul Data
|
Waktu
|
Gizi Buruk
|
1.Laporan RS
2.Laporan
Puskemas
3.Laporan Masyarakat/media
|
Form Laporan Keswapadaan KLB
Gizi di RS Form
laporan bulanan
kasus gizi buruk
|
1.Tenaga Pelaksana
Gizi (TPG) RS
2.TPG Puskesmas
|
Setiap bulan dan
Sewaktu-waktu bila
ada kasus
|
Hasil Penimbangan
(D/S)
|
Laporan Puskesmas
|
LB3 atau flll Gizi
|
TPG Puskesmas
|
Setiap bulan
|
Asi Eksklusif
|
Laporan Puskesmas
|
Form Asi Eksklusif
|
TPG Puskesmas
|
Setiap 6 bulan (Februari dan
Agustus)
|
Garam Beryodium
|
Laporan Puskesmas
|
Form pemantauan garam beryodium
|
Guru Sekolah Dasar
dan TPG Puskesmas
|
Setiap 6 bulan (Februari dan Agustus)
|
Distribusi
Kapsul
Vitamin A
Balita
|
Laporan Puskesmas
|
LB3 atau flll Gizi
|
TPG Puskesmas
|
Setiap 6 bulan (Februari dan
Agustus)
|
Distribusi
Tablet
Tambah
Darah
|
Laporan Puskesmas
|
LB3 atau flll Gizi
|
Bidan Koordinator
dan TPG Puskesmas
|
Setiap 6 bulan
|
Dalam
pelaksanaan pengumpulan data, bila ada puskesmas yang tidak melapor atau
melapor tidak tepat waktu, data laporan tidak lengkap dan atau laporan tidak
akurat maka
pengelola kegiatan gizi diharuskan
melakukan pembinaan secara aktif untuk melengkapi data. Kegiatan ini dapat
dilakukan melalui telepon, Short Message Service (SMS) atau kunjungan langsung
ke puskesmas.
2.
Pengumpulan Laporan Kasus Gizi Buruk
Selain merekap
data kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat dari Puskesmas, pengelola kegiatan gizi
juga perlu melakukan kompilasi laporan kasus gizi buruk yang dirawat di RS atau
informasi dari masyarakat dan media. Bila ada laporan kasus gizi buruk dari
masyarakat atau media, pengelola gizi perlu melakukan klarifi kasi ke puskesmas
mengenai laporan/informasi tersebut untuk melakukan konfirmasi status gizinya.
Klarifi kasi laporan kasus gizi buruk dapat dilakukan melalui telepon dan sms.
Bila hasil
konfirmasi ternyata balita tersebut benar gizi buruk (BB/PB atau BB/TB <-3
SD dengan atau tanpa gejala klinis) maka perlu dilakukan pelacakan atau
penyelidikan kasus.
Pelacakan kasus
meliputi waktu kejadiannya, tempat/ lokasi kejadian dan identitas orangnya
termasuk umur, jenis kelamin dan penyebab terjadinya kasus gizi buruk.
Pelacakan kasus gizi buruk dilakukan
apabila:
a. Kasus gizi buruk belum mendapatkan
penanganan.
b. Kasus gizi buruk terkonsentrasi pada
satu wilayah.
c. Dicurigai kemungkinan adanya rawan
pangan.
Keluaran yang
diharapkan dari langkah pengumpulan data adalah adanya rekapitulasi laporan
terkait dengan jumlah puskesmas yang melapor, ketepatan waktu, kelengkapan dan
kebenaran data yang dilaporkan.
2.4.2 Pengolahan,
Analisis dan Penyajian Data
Pengolahan,
analisis dan penyajian data di Kabupaten/Kota dilakukan berdasarkan hasil
rekapitulasi
laporan kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat dari puskesmas. Kegiatan ini
dilakukan oleh pengelola gizi setiap
bulan, kecuali untuk data pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan, pemberian kapsul
vitamin A pada balita, dan pemantauan konsumsi garam beryodium tingkat rumah
tangga dilakukan setiap 6 bulan sekali.
1. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dapat dilakukan secara
manual maupun komputerisasi. Hasil pengolahan berupa cakupan
masingmasing indikator Pembinaan Gizi Masyarakat, sedangkan analisis
data dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yaitu analisis deskriptif dan
analitik.
1.1 Analisis
Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk
memberikan gambaran umum tentang data cakupan kegiatan pembinaan gizi
masyarakat. Tujuannya adalah untuk menetapkan daerah prioritas untuk pembinaan
wilayah dan menentukan kecenderungan antar waktu.
a. Menetapkan
daerah prioritas untuk pembinaan wilayah
Analisis deskriptif untuk membandingkan
antar wilayah dilakukan dengan
membandingkan hasil cakupan antar wilayah dengan target yang harus
dicapai. Wilayah yang cakupannya rendah harus mendapat prioritas pembinaan.
Berikut adalah contoh cakupan D/S berdasarkan wilayah kerja Puskesmas:
Tabel 2
Cakupan
Balita Ditimbang (D/S)
Menurut
Puskesmas Di Kabupaten Teluk Cinta
Tahun
2009
No
|
Puskesmas
|
Jumlah Balita
|
Jumlah Balita Ditimbang
|
%
|
1.
|
Mentari
|
4168
|
3293
|
79
|
2.
|
Tenjolaya
|
3713
|
3305
|
89
|
3.
|
Karanganyar
|
4968
|
3428
|
69
|
4.
|
Sukasari
|
4326
|
3764
|
87
|
5.
|
Cimalaya
|
3836
|
2954
|
77
|
6.
|
Jatiasri
|
5646
|
3613
|
64
|
7.
|
Tegalraya
|
4947
|
4502
|
91
|
8.
|
Sukmajaya
|
6181
|
5068
|
82
|
9.
|
Mekarsari
|
4503
|
3287
|
73
|
10.
|
Tirtamulya
|
3710
|
3562
|
96
|
11.
|
Sukamaju
|
4695
|
2535
|
54
|
12.
|
Sampurna
|
6670
|
6003
|
90
|
Kabupaten
|
57363
|
45313
|
79
|
Dari
tabel diatas, cakupan D/S di Kabupaten Teluk Cinta belum mencapai target yaitu
masih 79% (target 85%). Disparitas cakupan antar wilayah di Kabupaten ini cukup
tinggi, terlihat dari cakupan terendah sebesar 54% di Puskesmas Sukamaju dan
tertinggi sebesar 96% di Puskesmas Tirtamulya. Dengan demikian, prioritas
pembinaan dilakukan pada Puskesmas Sukamaju (54%) dan Jatiasri (64%) karena
cakupannya masih kurang.
b.
Membandingkan Kecenderungan antar
Waktu
Analisis
deskriptif untuk membandingkan kecenderungan antar waktu di suatu wilayah
dilakukan dengan membandingkan hasil cakupan dalam satu periode waktu tertentu
dengan target yang harus dicapai. Berikut adalah contoh cakupan D/S dari Bulan
Januari sampai Maret berdasarkan wilayah kerja Puskesmas:
Tabel
3
Cakupan
Balita Ditimbang (D/S) Bulan Januari Sampai Maret
Menurut
Puskesmas Di Kabupaten Teluk Cinta
Tahun
2009
No
|
Puskesmas
|
Jumlah Balita
|
Jumlah Balita Ditimbang
|
|||||
Januari
|
%
|
Februari
|
%
|
Maret
|
%
|
|||
1
|
Mentari
|
4168
|
3293
|
79
|
3418
|
82
|
3251
|
78
|
2
|
Tenjolaya
|
3713
|
3305
|
89
|
3453
|
93
|
2599
|
70
|
3
|
Karanganyar
|
4968
|
3428
|
69
|
4123
|
83
|
4322
|
87
|
4
|
Sukasari
|
4326
|
3764
|
87
|
3591
|
83
|
3850
|
89
|
5
|
Cimalaya
|
3836
|
2954
|
77
|
3030
|
79
|
2877
|
75
|
6
|
Jatisari
|
5646
|
3613
|
64
|
4122
|
73
|
4573
|
81
|
7
|
Tegalraya
|
4947
|
4502
|
91
|
4700
|
95
|
3908
|
79
|
8
|
Sukmajaya
|
6181
|
5068
|
82
|
4945
|
80
|
4759
|
77
|
9
|
Mekarsari
|
4503
|
3287
|
73
|
3422
|
76
|
3332
|
74
|
10
|
Tirtamulya
|
3710
|
3562
|
96
|
3339
|
90
|
3191
|
86
|
11
|
Sukamaju
|
4695
|
2535
|
54
|
3521
|
75
|
3709
|
79
|
12
|
Sampurna
|
6670
|
6003
|
90
|
6070
|
91
|
5936
|
89
|
Kabupaten
|
57363
|
45313
|
79
|
477734
|
83
|
16302
|
81
|
Dari tabel
diatas, cakupan D/S di Kabupaten Teluk Cinta umumnya meningkat dari 79% pada
bulan Januari menjadi 83% pada bulan Februari namun terjadi penurunan menjadi
81% pada bulan Maret. Dapat juga dilihat bahwa secara umum cakupan yang tinggi
pada wilayah kerja Puskesmas adalah di bulan Februari.
1.2 Analisis
Analitik
Analisa analitik dimaksudkan untuk
memberikan gambaran hubungan antar 2 (dua)
lebih indikator yang saling terkait, baik antar indikator gizi maupun
indikator gizi dengan indikator program terkait lainnya. Tujuan analisis ini
antara lain untuk menentukan upaya yang harus dilakukan bila terdapat
kesenjangan cakupan antara dua indikator. Berikut adalah contoh cakupan
distribusi kapsul Vitamin A dengan D/S:
Tabel
4
Cakupan
Distribusi Kapsul Vitamin A dan D/S
di
Kabupaten Teluk Cinta Tahun 2009
No
|
Puskesmas
|
Jumlah Balita
|
Balita dapat Vitamin A
|
D/S
|
|||||||||||
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
||||||||||||
1
|
Mentari
|
4168
|
3251
|
78
|
2501
|
60
|
|||||||||
2
|
Tenjolaya
|
3713
|
2599
|
70
|
3342
|
90
|
|||||||||
3
|
Karanganyar
|
4968
|
4322
|
87
|
4720
|
95
|
|||||||||
4
|
Sukasari
|
4326
|
3850
|
89
|
2769
|
64
|
|||||||||
5
|
Cimalaya
|
3836
|
2877
|
75
|
3337
|
87
|
|||||||||
6
|
Jatiasri
|
5646
|
4573
|
81
|
3557
|
63
|
|||||||||
7
|
Tegalraya
|
4947
|
3908
|
79
|
3809
|
77
|
|||||||||
8
|
Sukmajaya
|
6181
|
4759
|
77
|
5872
|
95
|
|||||||||
9
|
Mekarsari
|
4503
|
4053
|
90
|
4143
|
92
|
|||||||||
10
|
Tirta
Mulya
|
3710
|
3191
|
86
|
2560
|
69
|
|||||||||
11
|
Sukamaju
|
4695
|
4319
|
92
|
3991
|
85
|
|||||||||
12
|
Sampurna
|
6670
|
6003
|
90
|
5336
|
80
|
|||||||||
Kabupaten
|
57363
|
47706
|
83
|
45936
|
80
|
||||||||||
Berdasarkan sasaran Rencana Aksi
Pembinaan Gizi Masyarakat ditetapkan bahwa target cakupan Vitamin A dan D/S
masing-masing adalah 85%. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa wilayah yang
cakupan Vitamin A dan D/S sudah mencapai target ada 3 Puskesmas yaitu
Karanganyar, Mekarsari dan Sukamaju. Sedangkan wilayah yang belum mencapai
target adalah Puskesmas Mentari, Jatiasri dan Tegalraya. Puskesmas lainnya hanya
mencapai target salah satu indikator saja. Untuk lebih jelasnya dapat dibuat
berdasarkan kuadran dengan cara sebagai berikut:
·
Buat sumbu X sebagai cakupan Vitamin A
dan sumbu Y sebagai cakupan D/S
·
Buat garis lurus masing masing sumbu
sebagai garis target hingga membelah area menjadi 4 kuadran.
·
Kuadran I adalah wilayah dengan cakupan
Vitamin A dan D/S tinggi atau diatas target. Kuadaran II adalah wilayah dengan
cakupan Vitamin A tinggi namun cakupan D/S rendah, sebaliknya Kuadaran III
adalah wilayah dengan cakupan Vitamin A rendah namun cakupan D/S tinggi.
Sedangkan kuadran IV adalah wilayah dengan cakupan Vitamin A danD/S rendah.
·
Plot titik potong kedua indikator dari
masing-masing Puskesmas. Contoh: Puskesmas Mentari mempunyai cakupan Vitamin A
78% dan D/S 60%, lalu plot titik potong kedua garis tersebut. Terlihat
Puskesmas Mentari berada pada Kuadran IV.
2. Penyajian Data
Hasil pengolahan
dan analisis data kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat dapat disajikan dalam
bentuk narasi, tabulasi, grafik dan peta.
2.4.3 Diseminasi Informasi
Diseminasi informasi dilakukan untuk
menyebarluaskan informasi hasil pengolahan dan analisis data untuk mendapatkan
dukungan dari lintas sektor dan lintas program di setiap
jenjang pemerintahan tentang hasil
kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat. Kegiatan diseminasi informasi dapat
dilakukan dalam bentuk pemberian umpan balik dan sosialisasi advokasi pada
pertemuan lintas program dan lintas sektor.
1. Umpan Balik
Pengelola kegiatan gizi memberikan umpan
balik bulanan berbentuk absensi laporan dan hasil cakupan indikator pembinaan
gizi ke puskesmas dan rumah sakit. Umpan balik disertai dengan ulasan terhadap
hasil yang telah dicapai, kelengkapan data disertai dengan saran-saran yang harus
dilakukan oleh puskesmas. Selain hal tersebut, umpan balik hendaknya memuat
pula ucapan terima kasih bagi puskesmas yang telah mengirim data secara lengkap
dan tepat waktu.
2. Pertemuan
Lintas Program dan Lintas Sektor
Diseminasi informasi dapat juga dilakukan
kepada lintas sektor, lintas program dan puskesmas melalui pertemuan koordinasi
dan rapat konsultasi di tingkat Kabupaten/Kota. Bila memungkinkan
diseminasi informasi dapat dilakukan pula melalui media secara berkala.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan diseminasi informasi adalah
disepakatinya upaya pemecahan masalah untuk perbaikan dan peningkatan
pelaksanaan kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat.
2.4.4 Tindak Lanjut
Tindak lanjut sebagai respon dilakukan
apabila data cakupan indikator Pembinaan Gizi Masyarakat menunjukkan adanya
kekurangan atau kesenjangan antara hasil yang dicapai dengan yang seharusnya
dicapai. Tindak lanjut terhadap hasil analisis yang bersifat teknis dilakukan
oleh pengelola program gizi, sedangkan yang bersifat kebijakan dilakukan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Hasil kegiatan dan contoh tindak lanjut
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel
5
MATRIKS
HASIL KEGIATAN
SURVEILANS
GIZI DAN CONTOH TINDAK LANJUT
INDIKATOR
|
MASALAH
|
TIDAK LANJUT
|
||
POSYANDU
(DESA/
KELURAHAN)
|
PUSKESMAS
/KECAMATAN
|
KABUPATEN/KOTA
|
||
Balita
gizi buruk ditangani
|
1.
BGM dan
2T
dengan atau
tanpa
ada tanda
klinis
(dugaan
balita
gizi buruk ditemukan)
2.
Kasus gizi buruk meningkat
|
Melaporkan
dan Merujuk
|
a.
Klarifikasi dan konfirmasi,
b.
Penanganan
balita
gizi buruk (termasuk PMT)
c.
Merujuk ke
TFC
/
PUSKESMAS
Perawatan/RS
Penyelidikan dan Pelacakan
|
a.
Menyiapkan Puskesmas Perawatan dari Rumah
Sakit
untuk pelaksanaan tatalaksana gizi buruk.
b.
Meningkatkan
kemampuan
petugas
puskesmas
dan Rumah Sakit dalam melakukan surveilans gizi.
c.
Memberikan PMT
pemulihan
untuk
balita
gizi buruk rawat jalan dan
pasca
rawat.
d.
Melakukan pemantauan
kasus
yang lebih intensif
pada
daerah dengan risiko
tinggi
terjadinya kasus gizi
buruk.
e.
Melakukan penyelidikan
kasus
bersama dengan lintas program dan lintas sektor
terkait
|
Balita
ditimbang
berat
badannya
|
D/S
rendah
|
Menggerakan
masyarakat
untuk
datang ke posyandu
|
a.
Koordinasi dengan camat dan PKK
b.
Pembentukan
forum-forum
di
desa
c.
Promosi
manfaat
kegiatan posyandu
|
a.
Melakukan koordinasi
dengan
Camat dan PKK
tingkat
kecamatan untuk
menggerakan
masyarakat
datang
ke posyandu.
b.
Memanfaatkan kegiatan
pada
forum-forum yang ada
di desa, yang bertujuan
untuk
menggerakan
masyarakat datang ke
posyandu.
c.
Melakukan promosi
tentang
manfaat kegiatan di posyandu
|
Bayi
usia
0–6
bulan
mendapat
ASI
Eksklusif
|
Cakupan
rendah
|
a.
Pemberian konseling
oleh
motivator
b.
Pembentukan
KP-ASI
atau
kelas
ibu
|
a.
Pemberian
konseling
oleh
konselor
b.
Pembentukan
KP-ASI
atau
kelas
ibu
|
a.
Meningkatkan promosi
dan advokasi tentang Peningkatan Pemberian
Air
Susu Ibu (PP ASI).
b.
Meningkatkan kemampuan petugas
puskesmas
dan rumah sakit
dalam
melakukan konseling ASI.
c.
Membina puskesmas
untuk memberdayakan
konselor
dan motivator
ASI
yang telah dilatih.
|
Lanjutan
Tabel 5
MATRIKS
HASIL KEGIATAN
SURVEILANS
GIZI DAN CONTOH TINDAK LANJUT
INDIKATOR
|
MASALAH
|
TIDAK LANJUT
|
||
POSYANDU
(DESA/
KELURAHAN)
|
PUSKESMAS
/KECAMATAN
|
KABUPATEN/KOTA
|
||
RT
mengonsumsi garam beryodium
|
Cakupan
rendah Ketersediaan
Garam
Beryodium dipasar desa rendah
|
Kepala
Desa/Lurah Melapor ke
Puskesmas
dan
Camat
|
Petugas
Gizi/Ka. Puskesmas/Camat meminta Dinas
Peindag untuk melakukan operasi pasar garam
Beryodium
|
a.
Melakukan koordinasi dengan Dinas
Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten/
Kota
untuk melakukan operasi pasar garam beryodium.
b.
Melakukan promosi/kampanye peningkatan penggunaan garam beryodium.
|
Balita
6-59 bulan mendapat kapsul Vitamin A
|
Cakupan
rendah
|
a.
Promosi manfaat kapsul vitamin A
b.
Sweeping pemberian kapsul vitamin A
c.
Meminta stok kapsul vitamin A
|
a.
Promosi manfaat kapsul vitamin A
b.
Menyediakan kapsul vitamin A
|
a.
Bila ketersediaan
kapsul
vitamin A di puskesmas tidak
mencukupi
maka perlu mengirim kapsul
vitamin
A ke puskesmas
b.
Bila kapsul vitamin A masih tersedia, maka
perlu
meminta
puskesmas
untuk
melakukan
sweeping.
c.
Melakukan pembinaan kepada puskesmas
dengan
cakupan rendah.
|
Ibu
hamil
mendapat
Fe
90 tablet
|
Cakupan
rendah
|
a.
Promosi
manfaat
TTD
b.
Sweeping
pemberian TTD
c.
Meminta stok
TTD
|
a.
Promosi manfaat TTD
b.
Menyediakan
TTD
c.
Koordinasi
dengan
program
KIA
|
a.
Bila ketersediaan
TTD di puskesmas dan
bidan
di desa tidak
mencukupi
maka perlu mengirim TTD ke
puskesmas.
b.
Bila TTD masih
tersedia,
maka perlu
meminta
Puskesmas
untuk
melakukan
peningkatan
integrasi
dengan
program KIA khususnya
kegiatan
Ante Natal Care (ANC) .
c.
Melakukan pembinaan kepada puskesmas
dengan
cakupan rendah.
|
Catatan : Matriks ini hanya contoh,
pelaksanaan kegiatan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi di daerah
2.5 Kelebihan dan
Kekurangan Surveilans Epidemiologi Gizi Buruk
2.5.1 Kelebihan Surveilens Gizi
Buruk
a)
Informasi epidemiologi KLB gizi buruk terdistribusi
kepada program terkait, pusat-
pusat kajian, dan pusat penelitian
serta unit surveilans lain.
b)
Terkumpulnya data kesakitan dan data KLB gizi buruk di
Puskesmas, Rumah Sakit
dan Laboratorium,
sebagai sumber data Surveilans Terpadu Penyakit
c)
Dapat mendistribusikan data kesakitan serta data KLB gizi
buruk kepada unit
surveilans
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi.
d)
Terlaksananya pengolahan dan penyajian data penyakit
dalam bentuk tabel, grafik,
peta dan analisis
epidemiologi gizi buruk lebih lanjut oleh Unit surveilans Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Propinsi.
e)
Dapat mendistribusikan hasil pengolahan dan penyajian
data penyakit beserta hasil
analisis
epidemiologi lebih lanjut dan rekomendasi kepada program terkait di Puskesmas,
Rumah Sakit, Laboratorium, Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, pusat-pusat
riset, pusat-pusat kajian dan perguruan tinggi serta sektor terkait lainnya
f)
Memantau kemampuan program gizi untuk mendeteksi
kasus, menjamin selesainya
pengobatan
dan kesembuhan.
2.5.2 Kekurangan Suerveilans Gizi
Buruk
a) Permasalahan dalam pencatatan data gizi buruk di
pelayanan kesehatan seperti:
1. Pertama,
ketidakakuratan data, terjadi karena pengisian formulir masih dilakukan secara
manual sehingga untuk mengisi seluruh formulir baik standar maupun buku bantu
terdapat data yang sama ditulis berulang kali, sehingga
2. mudah
menimbulkan kesalahan
2. Banyak
bayi, anak-anak dan ibu hamil yang tidak tercatat dalam program gizi disebabkan
karena tidak terpantau bahkan tidak dilaporkan
3. Kesulitan
untuk monitoring pasien selama pengobatan
b) Permasalahan yang berkaitan dengan struktural dan
pendanaan , seperti:
1.
Selama ini pelaksanaan surveilans masih bersifat
vertikal, dan terpisah
antar satu
program dengan program lainnya. Pemerintah pusat telah mengeluarkan Kepmenkes
No.1116/SK/VIII/2003 yang mengatur penyelenggaraan sistem surveilans. Kepmenkes
ini menyebutkan agar dibentuk unit surveilans dan unit pelaksana teknis
surveilans serta dibentuk jejaring surveilans antara unit-unit tersebut.
Pengamatan menunjukkan bahwa pelaksanaan Kepmenkes belum berjalan secara
maksimal di daerah. Belum ada Perda atau Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota
yang merujuk ke Kepmenkes. Surveilans saat ini banyak didanai pemerintah pusat.
Dana masuk dalam anggaran pusat yang bersifat program vertikal. Tidak ada dana
untuk pengembangan surveilans di daerah. Akibatnya jarang sekali dilakukan
pencegahan sekunderprimer oleh pemerintah daerah. Respons oleh pemerintah pusat
dari kegiatan surveilans lebih banyak ke pencegahan tersier yang mempunyai
risiko keterlambatan
2.
Perlu penguatan sistem surveilans di daerah dengan
cara penguatan
kedudukan
unit surveilans dalam tatanan struktural dinkes dan optimalisasi anggaran,
terutama dari APBD. Ada kemungkinan pemerintah daerah merasa bahwa urusan
surveilans adalah urusan pemerintah pusat, sehingga pemerintah daerah tidak
memprioritaskan program surveilans dan menganggap surveilans tidak terlalu
penting. Persepsi pemerintah daerah seperti ini yang menjadikan alokasi
anggaran untuk pelaksanaan kegiatan surveilans sangat rendah.
c) Permasalahan yang menjadi kekurangan dalam
surveilens dilihat dari prosesnya
meliputi:
1. Input,
meliputi kurangnya sumber daya manusia, kurangnya peranan kelompok
jabfung,
minimnya dukungan anggaran, dan tidak adanya dukungan dari Perda
2. Segi proses,
dinyatakan bahwa jejaring surveilans selama ini tidak ada, belum ada konfirmasi
kasus, belum terjadi koordinasi lintas program apalagi lintas sektoral, respon
selama ini hanya bersifat by case
3. Output,
kelengkapan dan ketepatan data masih rendah, diseminasi buletin
epidemiologi
dan umpan balik pun belum ada di semua daerah, hanya saja di beberapa daerah
umpan balik dilakukan dengan pertemuan bulanan dokter, atau ada pula yang
memberi umpan balik dengan menyebarkan edaran ke Puskesmas - Puskesmas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Surveilans Epidemiologi dapat didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan
yang sistematis dan berkesinambungan dalam pengumpulan, analisis,
interpretasi data dan penyampaianinformasi dalam upaya menguraikan dan memantau
suatu penyakit/peristiwa kesehatan. Tujuan surveilans epidemiologi gizi buruk
adalah untuk menggambarkan status gizi penduduk, mengetahui faktorpenyebab gizi
buruk, mempromosikan program gizi, memprediksi kemungkinan masalah gizi serta
untuk memantau dan mengevaluasi program gizi.
Dengan membuat surveilans epidemiologi kita dapat mengetahui informasi
tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi ,sehingga penyakit dan faktor
resiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan
dengan lebih efektif. Dibalik kekurangan dan kelebihannya, semua dapat
dilaksanakan optimal dengan adanya dukungan dari pemerintah dan masyarakat itu
sendiri.
3.2 Saran
Surveilans kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan
penanggulangan penyakit terutama dalam penanggulangan gizi buruk. Maka dari
itu, dalam pengoperasian data surveilans haruslah relevan dan akurat sehingga
dalam pengambilan keputusan jadi tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
2.
https://www.scribd.com/doc/187407705/143768110-Surveilans-Epidemiologi-Gizi-Buruk
(diakses pada 19 Maret 2018)
4.
ejournal.persagi.org/go/indeks.../sistem-kewaspadaan-pangan-dan-gizi
(diakses pada 19 Maret 2018)
5.
Gibney M.J. Dkk. 2009. Public Health
Nutrition (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran